Perintah keempat dari Sang Pencipta
kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana diungkapkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, adalah kewajiban untuk melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Al-Baqarah [2]:183
Ini adalah perintah yang penuh makna dan memiliki banyak dimensi yang mendalam. Puasa, yang dilakukan dari terbit fajar hingga terbenam matahari, bukan hanya sebuah ibadah fisik, tetapi juga merupakan latihan spiritual yang mendidik jiwa dan membentuk karakter.
Puasa Ramadhan adalah kesempatan bagi umat Muslim untuk mendisiplinkan diri, mengendalikan syahwat, dan menumbuhkan kesadaran bahwa manusia memiliki kelebihan moral dan spiritual dibandingkan dengan hewan.
Sebagaimana diwajibkan juga kepada umat-umat sebelum kita, puasa menjadi sebuah jembatan menuju takwa, yaitu kesadaran dan kepatuhan terhadap perintah dan larangan Allah. Dalam setiap detik menjalani puasa, terdapat peluang untuk merenungkan kekuatan iman dan keikhlasan.
Para ulama telah banyak membahas hikmah di balik puasa. Selain sebagai latihan untuk menegakkan budi pekerti, puasa mengajarkan kita untuk merasakan dan memahami penderitaan orang-orang miskin. Dengan menahan diri dari makanan dan minuman, kita diajak untuk lebih peka terhadap kebutuhan dan kesulitan orang lain, mendorong munculnya rasa empati dan kasih sayang.
Puasa juga memberikan kesempatan untuk melatih jiwa dan raga, dengan manfaat kesehatan yang diakui oleh para dokter, yang menggarisbawahi bahwa puasa dapat membantu dalam penyembuhan berbagai penyakit.
Namun, meskipun banyak hikmah yang dapat diambil dari puasa, tidak semua orang merasakannya secara langsung. Lapar dan haus bisa menjadi fokus utama yang mengalihkan perhatian dari tujuan spiritual puasa itu sendiri. Tanpa kesadaran yang mendalam, puasa bisa menjadi sekadar rutinitas fisik tanpa memberikan dampak spiritual yang signifikan. Ada kalanya, tantangan puasa membuat seseorang justru lebih fokus pada mempersiapkan makanan untuk berbuka, bukan pada refleksi spiritual.
Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menggali lebih dalam makna puasa, agar tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga memperoleh manfaat spiritual yang sesungguhnya. Puasa Ramadhan adalah sebuah sekolah jiwa yang mengajarkan kita tentang kesabaran, kepedulian, dan disiplin, mengarahkan kita pada peningkatan kualitas diri dan hubungan kita dengan Sang Pencipta.