Perintah ketujuh dari Sang Pencipta, seperti yang diungkapkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 267, menekankan pentingnya menginfakkan sebagian dari hasil usaha yang baik dan dari apa yang Allah keluarkan dari bumi untuk manusia. Ayat ini menggarisbawahi prinsip bahwa Allah itu baik dan hanya menerima yang baik-baik. Ini bukan hanya tentang kewajiban untuk berinfak, tetapi juga tentang kualitas dari apa yang kita sedekahkan.

Allah memerintahkan umat-Nya untuk memilih yang terbaik dari apa yang mereka nafkahkan. Ini meliputi hasil pertanian, tambang, dan produk bumi lainnya. Meskipun tidak diwajibkan untuk menyedekahkan seluruh hasil yang terbaik, Allah menekankan agar kita tidak dengan sengaja memberikan sesuatu yang buruk atau tidak layak. Prinsip ini mengajarkan kita untuk berempati dan menempatkan diri pada posisi penerima sedekah. Jika kita sendiri tidak mau menerima barang yang buruk, maka mengapa kita mengabaikan standar yang sama ketika memberikan kepada orang lain?

Ayat ini juga mengingatkan kita bahwa Allah Mahakaya dan tidak membutuhkan sedekah kita. Allah memiliki kekuatan mutlak dan dapat memberikan rezeki secara langsung tanpa bergantung pada infak manusia. Sedekah yang kita berikan bukanlah untuk memenuhi kebutuhan Allah, tetapi untuk kebaikan diri kita sendiri. Dalam memberikan sedekah, kita sebenarnya sedang berinvestasi dalam amal kebaikan yang akan kembali kepada kita dalam bentuk ganjaran dan pahala dari Allah.

Kehati-hatian dalam memilih sedekah yang terbaik menunjukkan kepedulian dan rasa hormat terhadap penerima. Ini mencerminkan karakter kita sebagai individu yang berbudi pekerti dan menunjukkan bahwa kita menganggap penting apa yang kita berikan. Peringatan dalam ayat ini juga menjadi teguran bagi mereka yang cenderung memberikan yang buruk, mengingat bahwa Allah Maha Terpuji dan tidak akan menerima amal yang tidak sesuai dengan standar-Nya.

Menginfakkan barang yang baik-baik adalah cerminan dari hati yang bersih dan niat yang tulus. Ini menciptakan hubungan timbal balik antara pemberi dan penerima, menguatkan rasa solidaritas, dan membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih. Dalam konteks ini, sedekah menjadi lebih dari sekadar kewajiban; ia menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas hidup, baik bagi penerima maupun pemberi, sambil meraih keridhaan dan ganjaran dari Sang Pencipta.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *